Mereka yang ingin memesan untuk berlibur, ingin memeriksa tempat mereka akan menginap melalui metaverse dulu.
Editor: Abdhan S.E
Para traveller nampaknya sudah mulai tertarik dengan metaverse, dikarenakan pandemi yang membuat para penggemar traveling tak bisa bepergian, dan bersosial. Ini memiliki efek yang berpengaruh pada persona mereka. Banyak yang membuat mereka malah menjadi beruang yang berhibernasi dan anti-sosial yang hanya ingin berinteraksi dengan dunia digital. Aneh ya?
Traveller ini tidak ingin merasa kaget dengan harus berinteraksi dengan orang-orang, dan menurut penelitian baru dari Oracle Hospitality, beberapa traveller memiliki rasa ketidak-mauan yang kuat untuk berinteraksi dengan orang-orang.
Mereka yang berbuah menjadi traveller anti sosial ini, sekarang sebelum mereka berkomitmen dengan tempat atau kamarnya menginap. Mereka yang ingin memesan untuk berlibur, ingin memeriksa tempat mereka akan menginap melalui metaverse dulu.
Sebanyak 73% orang yang di survey ingin hotel-hotel menawarkan teknologi yang membantu mereka mengurangi kontak dengan pekerja hotel. Mereka juga tak ingin banyak berinteraksi dengan tamu lain. Dan di laporan survey itu juga mengatakan, hampir ¾ wisatawan ingin memakai ponselnya untuk menjadi bagian dari pengalaman menginap mereka, termasuk check in dan out, pesan dan bayar makanan, dll.
Ini tentunya merupakan kabar bagus untuk para pelaku bisnis perhotelan yang kekurangan staf tanpa mengganggu pelayanan terhadap para tamu bukan?
Sekarang ini banyak diantara para traveller yang tak ingin staf menyentuh barang-barang mereka, ini menyebabkan pelayanan pembersihan kamar akan cukup merepotkan bagi pihak hotel, sebabnya adalah mayoritas tidak peduli apa kamar para traveller ini dibersihkan atau tidak, hanya ¼ hasil survey yang kamarnya ingin dibersihkan setiap hari.
Traveller ingin transisi yang bebas repot, seperti memesan layanan kamar atau ke layanan streaming Netflix. “ 45 % mengatakan akses hiburan yang mulus dan sesuai permintaan mereka yang terhubung ke saluran streaming dan game mereka adalah nomer 1 yang harus dimiliki selama mereka tinggal.” Mereka juga menginginkan seni digital di dalam kamar yang didasarkan pada selera mereka yang dapat mereka minta saat pemesanan kamar.
Alex Alt adalah wakil presiden senior Oracle Hospitality. Pandemi telah menetapkan peran teknologi dalam perjalanan tamu dan rekanan, dan industri tidak akan pernah mundur. Baik organisasi hotel memiliki dua atau 2.000 properti, para tamu mencari pengalaman swalayan yang sangat digital yang telah mereka harapkan di bagian lain kehidupan mereka, mulai dari perbankan hingga memesan makanan.
Bagi pelaku bisnis perhotelan untuk memenuhi tuntutan ini, terutama dengan staf properti yang terbatas, mereka membutuhkan sistem yang memungkinkan mereka beradaptasi dengan cepat, 'memasang' layanan baru, dan melayani kelompok wisatawan yang beragam dengan lebih baik dan lebih efisien.
Para traveller menginginkan model hotel yang memungkinkan mereka membayar untuk apa yang mereka gunakan. Mereka akan membayar lebih untuk memilih pemandangan, kamar dan lantai; datang lebih awal/terlambat; untuk menggunakan spa atau pusat kebugaran (atau tidak).
43% menginginkan kontrol yang diaktifkan suara untuk semua fasilitas dalam kamar (lampu, kunci, gorden, suhu).
Survei juga menunjukkan bahwa wisatawan ingin menghilangkan 'sentuhan langsung' dari industri.
Laporan itu juga mengatakan bahwa para traveller ingin mempersonalisasi perjalanan mereka. Mereka akan melakukan ini “dengan memilih kamar dan lantai yang tepat dan hanya membayar fasilitas yang mereka inginkan – dan bahkan ingin menyaring properti di metaverse.”
39% ingin memesan makanan menggunakan ponsel mereka. 49% menginginkan pembayaran tanpa kontak. Dan beberapa di antaranya ingin membayar dalam kripto.
73% wisatawan lebih cenderung menginap di tempat yang menawarkan teknologi swalayan. Sebagian besar menginginkan staf hanya berdasarkan permintaan.
Staf hotel pun juga disurvei 96% dari mereka sekarang berebut untuk berinvestasi dalam teknologi nirsentuh. 62% menginstal “pengalaman nirsentuh sepenuhnya.” Ini termasuk menyingkirkan meja depan sepenuhnya.
Kurang dari setengah eksekutif hotel mengatakan bahwa hiburan dalam kamar yang lancar adalah hal lain yang ingin mereka terapkan.
Tentu saja, pemilik hotel sangat senang. Dalam krisis kepegawaian, di mana pemilik bisnis harus berjuang untuk mendapatkan seseorang, SIAPAPUN, untuk bekerja untuk mereka, ini adalah berita yang membahagiakan.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
South Korea: Upbit Investigated for Over 500,000 KYC Violations
MacBook Users with Intel Chips Urged to Update for Enhanced Security
Solana-Based Trading Terminal DEXX Hacked, Over $21M in User Losses
South Korea to Enforce 20% Crypto Tax in 2025 with Increased Exemption Limit
0.00